Senin, 22 Desember 2008

HARI IBU....Bolehkah Qt Ikut Merayakannya??

Oleh: Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah ditanya tentang hukum perayaan Hari Ibu. Beliau Menjawab:

Sesungguhnya setiap perayaan yang menyelisihi perayaan-perayaan yang disyari’atkan adalah perayaan bid’ah yang tidak dikenal pada masa Salafush Shalih dan terkadang berasal dari kalangan non Islam, sehingga disamping bid’ah terdapat penyerupaan dengan gaya hidup musuh-musuh Allah Subhanahu Wata’ala. Perayaan-perayaan yang disyari’atkan dan dikenal dalam Islam adalah Idul Fithri, Idul Adha, Idul Usbu’ (hari Jum’at) dan tidak dikenal dalam Islam selain ketiga perayaan tersebut.

Setiap pesta perayaan selain ketiga perayaan tersebut (Idul Fitri, Idul Adha, Hari Jum’at -red) maka sia-sia dan batal demi syari’at Allah, berdasarkan sabda Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam (yang artinya), “Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami, sesuatu yang bukan berasal darinya maka tertolak”. Yakni sia-sia dan tidak diterima disisi Allah Subhanahu Wata’ala, dan dalam lafadz yang lain, “Barangsiapa beramal tanpa ada tuntunan dari kami maka tertolak.”

Apabila telah jelas perkaranya maka tidak boleh mengadakan perayaan Hari Ibu seperti dalam pertanyaan di atas, tidak boleh pula menampakkan keceriaan dan kebahagiaan di hari tersebut layaknya perayaan sebuah hari raya seperti pemberian hadiah dan semisalnya. Wajib atas setiap muslim untuk merasa mulia dan bangga dengan agamanya dan mencukupkan diri di atas ketetapan Allah dan Rasul-Nya di dalam agama yang lurus yan telah diridhai Allah Subhanahu Wata’ala untuk hamba-hamba-Nya, maka tidak boleh seorang muslim menambah atau menguranginya.

Dan seyogyanya setiap muslim tidak menjadi pengekor kepada setiap propaganda namun semestinya dia menempa kepribadiannya dengan kandungan syari’at Allah Subhanahu Wata’ala sehingga menjadi contoh dan teladan bukan sebagai pengekor, karena syari’at Allah -wal hamdulillah- sempurna dari berbagai sisinya sebagaimana firman Allah subhanahu Wata’ala (yang artinya), “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam sebagai agama kalian” (Al Maidah:3)

Seorang IBU tidak cukup diperlakukan dengan baik, penuh hormat dalam setahun sekali saja, akan tetapi justru anak-anaknya yang berkewajiban untuk menjaga, memberikan perhatian dan taat kepadanya pada selain maksiat kepada Allah di setiap waktu dan tempat. (Majmu’ Fatawa 2/301)

dinukil dari artikel dengan judul
“Fatwa-fatwa Natalan dan Hari-hari Raya Non Muslim”
Sumber: majalah As Salaam
no IV Th II 2006M/1426H
halaman 13-14

Sumber:
www.ghuroba.blogsome.com,
http://wiramandiri.wordpress.com/2007/12/30/sikap-muslim-terhadap-perayaan-hari-ibu/
semoga ALLAH membalas kebaikan adminnya

3 komentar:

Anonim mengatakan...

weh, sepertinya Anda belum mengerti sejarah kenapa adanya hari ibu, jadi berkesimpulan seperti itu..

penamaan "hari ibu" tersebut sebenernya salah kaprah.

silakan baca ini: http://jengjeng.matriphe.com/index.php/2007/12/22/mengingat-kembali-sejarah-hari-ibu.html

I.A.Sulviane mengatakan...

Emh...ada missing link soal sejarah ya?? :)
Bukankah negera qt memang kaya karena berbagai perbedaan??
Boleh dong ada perbedaan pendapat ttg mothers day ini, toh tidak ada pihak2 yang terrugikan bukan?
Beda pendapat apa pun yg mendasari pemikiran terhadap sesuatu selama tidak melanggar hukum boleh-boleh saja kan??

Thx teman...for stoping by....

ZURYAWAN ISVANDIAR ZOEBIR mengatakan...

Sy sependapat dengan tulisan yang km posting, Indah. Karena memang seharusnya kita mencintai, menyayangi dan menghormati ibu kita, ibu yang telah melahirkan dan membesarkan kita dengan susah payah, setiap hari, setiap saat, dimanapun kita sedang berada. Pokoknya: I luv my mom so much!