Antara Keprihatinan tukang ojeg dan keinginan menjadi (sedikit) sehat
Sebuah catatan sehari-hari…
Di keseharian dan rutinitas saya pulang pergi rumah dan kantor atau kemana pun saya mau berangkat (mall, pasar, sekolah etc), terbentang jalan dari arah depan rumah sampai jalan raya utama tempat saya turun dan naik kendaraan jemputan. Jaraknya lumayan sekitar 300-500 meteran, saya ga tau pasti, sebenarnya lumayan bisa dimanfaatkan untuk sekedar jalan pagi dan sore.
Dan tentunya sebagaimana hukum alam yang terjadi, dimana ada kesempatan, disitu ada jalan…jarak jalan tersebut tentunya menjadi lahan bagi “tukang ojeg” baik yang dadakan maupun yang menetap.
Saya tau saya punya pilihan setiap harinya ketika pulang ke rumah apa mau pake ojeg atau jalan kaki……
Dari 2 pilihan itu saya melihat cost dan benefitnya masing-masing, yang saya usahakan bisa saya manfaatkan dengan baik keduanya.
Ketika saya berjalan kaki…saya merasa memanfaatkan jarak yang tidak seberapa jauh tersebut sebagai lahan olahraga (biar sedikit kalo rutin kan katanya bagus…), belum lagi ongkos ojek yang bisa jadi tambahan saving celengan (lumayan kalo dihitung-hitung (6000x20 hari kerja = 120.000) wow ternyata lumayan juga ya…
Tapi ketika saya memakai jasa ojeg, saya bisa beriteraksi dengan para tukang ojeg tersebut yang rata-rata rumahnya di perkampungan belakang perumahan tempat saya tinggal, dan saya bisa mendapatkan informasi, mendengar cerita berbagai versi kehidupan yang harus mereka jalani, diantaranya, ada tukang ojeg yang punya anak 5 (lima), usia sekolah dan balita, ga terbayang gimana harus menghidupi keluarga sebanyak itu hanya dengan mengandalkan ojeg yang tiap hari tidak menentu hasilnya. Ada juga cerita tentang si tukang ojeg yang mau mendaftarkan anak nya sekolah, tetapi belum punya akta kelahiran anak, bingung mau mendaftarkan nya gimana, wah, padahal saya kira, program akta kelahiran gratis dari pemerintah seharusnya sduah merata dan bisa di nimati semua masyarakat, ternyata??
Dan tentunya keuntungan saya jika kenal para tukang ojeg itu adalah, pada waktu saya membutuhkan bantuan untuk membeli Aqua ataupun gas di rumah yang kehabisan, mereka dengan senang hati mau saya titipi untuk mencari Aqua ataupun gas tersebut, walaupun ketika ada masanya gas sulit di temukan, ketika gas seakan-akan menghilang dari para penjualnya yang biasa, atau bahkan ketika distribusi aqua sedang tidak lancer dan ada di toko biasa, mereka, para tukang ojeg itu mau berkeliling mencarikan titipan saya itu, tentunya saya sangat menghargai mereka dan tambahan upah yang bisa saya berikan kepada mereka saya harap cukup memadai dan setidaknya bisa memperingan usaha mereka untuk keluarganya setidaknya untuk hari itu…
Dilema situasi…begitulah yang saya rasakan…
Tapi seiring berjalan waktu, saya bisa mulai mengatur situasi, yah solusi nya adalah, kadang saya pake ojeg, kadang saya jalan kaki…, kenal iya dengan tukang ojeg..niat mau sehat dengan berjalan kaki juga iya x ya?? Hehehe….yang jelas saya tetap berusaha mengambil hikmah dari keadaan ini, mudah-mudahan dapat dengan saya jalani dengan yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar